10 Pandangan Keliru tentang Seks
https://kanzaoriginal.blogspot.com/2016/04/10-pandangan-keliru-tentang-seks.html
Cukup banyak informasi keliru seputar seks yang tertanam di benak banyak orang. Hal tersebut telanjur diyakini, dan faktanya tak sedikit orang yang merasa tahu banyak soal seks dan tidak lagi memerlukan edukasi. Jika Anda pernah mendengar salah satu mitos di bawah ini, cobalah tata ulang isi pikiran Anda, buang yang keliru, dan ganti dengan yang benar.
1. Lajang memiliki aktivitas seksual lebih banyak ketimbang yang menikah.
Tentu saja pasangan yang menikah tetap lebih sering berhubungan seks, lho. Menurut Linda J. Waite and Maggie Ballaghers dalam The Case for Marriage, sekitar 40 persen pasangan menikah berhubungan intim dua kali seminggu. Bandingkan dengan angka 20-25 persen lajang yang berhubungan seks.
2. Pria memikirkan seks setiap tujuh menit sekali.
Berdasarkan survei “Sex in America” tahun 1994, 54 persen pria memikirkan seks setiap hari atau beberapa kali sehari, 43 persen pria memikirkannya hanya beberapa kali seminggu atau sebulan, dan 4 persen lainnya berpikir tentang seks kurang dari sekali sebulan.
3. Wanita secara alami lebih monogamis ketimbang pria.
Memang masih sulit dibuktikan, tetapi para peneliti percaya ini hanya asumsi yang tanpa didasari data. Menurut peneliti, sebagian besar spesies mamalia, baik jantan maupun betina, sama-sama punya banyak pasangan seksual. Pada manusia, banyak juga wanita yang suka bergonta-ganti pasangan.
4. Pornografi adalah candu.
Sebagian orang memandang por¬nografi sebagai barang haram, sementara yang lain menilainya sebagai pengetahuan. Para il¬mu¬wan setuju bahwa sangat memungkinkan seseorang kecanduan pornografi, tetapi pornografi bukan zat candu seperti halnya heroin atau kokain. Lebih mudah melepaskan diri dari pornografi ketimbang heroin.
5. Afrodisiak mampu meningkatkan kehidupan seks Anda.
Berbagai jenis rempah yang selama ini dipercaya dapat meningkatkan libido, seperti jahe, coriander, atau cardamon, ternyata tidak dapat “membumbui” gairah seksual. Badan pengawasan obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) menegaskan bahwa afrodisiak tidak terbukti secara ilmiah dapat menambah kehidupan seksual, bahkan tak sedikit yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan.
6. Seks selama kehamilan akan menyakiti janin.
Seks bahkan sangat aman dilakukan selama kehamilan. Fakta¬nya, banyak pasangan tetap dapat menikmati hubungan seksual yang membara. Meski demikian, untuk kasus tertentu (misalnya si ibu pernah mengalami keguguran), hubungan seksual selama kehamil¬an sebaiknya dikonsultasikan ke dokter.
7. Seks di masa haid tidak menimbulkan kehamilan.
Berdasarkan 2.000 studi yang dilakukan the National Institute of Environmental Sciences, sekitar 2 persen wanita memasuki masa subur hanya 4 hari menjelang siklus menstruasinya, dan 17 persen mengalaminya hanya dalam 7 hari. Sperma dapat hidup hingga lima hari, karena itu hati-hatilah jika Anda tidak mengharapkan kehamilan.
8. Seks sebelum berlaga (bagi atlet) akan mengacaukan performa.
Memang banyak pelatih yang melarang atletnya dikunjungi istri atau pacar pada malam sebelum bertanding, tetapi menurut para ilmuwan, tak ada kejadian yang bisa mendukung mitos tersebut. Justru 2.000 studi yang dipublikasikan dalam Journal of Sport Medicine and Physycal Fitness melaporkan bahwa seks sama sekali tidak berpengaruh pada pencapaian maksimal seorang atlet, tidak pula mengganggu daya konsentrasinya.
9. Bicara soal seks dengan anak-anak akan mendorong mereka melakukannya.
Mitos itu sangat salah. Menurut the American Academy of Child Adolescent Psychiatry, komunikasi terbuka justru membantu anak-anak untuk membuat keputusan yang baik dan sehat, termasuk soal perilaku seksualnya.
10. Pria dan wanita tidak bisa bersahabat tanpa kedekatan itu diwarnai dengan hubungan seks.
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Social and Personal Relationships menemukan bahwa pria dan wanita tetap bisa menjadi sahabat. Penelitian terhadap 20 pasang sahabat (antara pria-wanita) menunjukkan mereka bisa menjaga persahabatan yang murni tanpa hadirnya “pihak ketiga” yang bernama seks.